Sunday, February 23, 2020

Totto-Chan, Gadis Cilik Di Jendela

TOTTO-CHAN, Gadis Cilik Di Jendela

Tetsuko Kurayanagi


Judul Asli :  窓ぎわのトットちゃん (Madogiwa no Totto-chan)

Pertama terbit : 1981
Penerbit : Kondansha Publishers



Coba bayangkan adegan ini. Anda adalah seorang guru kelas satu sekolah dasar, dimana dalam kelas terdiri atas beberapa orang anak hingga kurang lebih dua puluh lima-an anak. Hampir semua anak baik-baik saja perilakunya. Kalaupun nakal, yaaaah, normal lah. Masih terhitung tidak terlalu mengganggu teman-teman sekelasnya atau gurunya. 

Lalu adegan beralih pada seorang anak perempuan yang tak henti bertanya. Apapun ditanyakan sampai gurunya kewalahan. Mau dijawab, khawatir jawabannya ngaco, sementara anak menganggap guru adalah sumber ilmu seperti halnya buku, serba tahu segalanya. Kalau enggak dijawab, sama repotnya, karena si anak tidak akan berhenti bertanya sampai ia puas mendapatkan jawaban. 

Belum lagi posisi duduk anak yang dekat dengan jendela yang terbuka, dimana ia bisa dengan bebas melihat pemandangan di bawah jendela yang suasananya cukup ramai dengan orang lalu lalang. Anak yang senang bertanya itu terus memerhatikan pemandangan di bawah jendela dan kadang bercakap-cakap dengan objek di bawah sana. Kemudian berteriak kepada seisi kelas tentang hal-hal menarik yang ia lihat. Tentu saja anak-anak yang lain berebutan memburu jendela untuk melihat apa yang dilihat anak itu!





Pada kesempatan yang lain, anak yang aktif itu sibuk membuka tutup mejanya (karena bentuk meja yang bisa dibuka tutup, ada tempat semacam laci untuk menyimpan buku dan alat tulis) hanya karena ia menyukai meja tersebut! Alasannya selalu ada. Ia ingin mengambil penghapus, lalu menyimpannya kembali. Lalu menulis satu huruf, kemudian dihapus kembali. Menulis lagi, dihapus lagi. Begitu terus hingga suara meja dibuka-tutup dengan cepat membuat kelas berisik dan mengganggu teman yang lain. 

Guru yang supeeeerrrr sabar tidak akan mengalami masalah. Masalahnya, tidak semua guru memiliki kesabaran yang super, Gaes. Ibu guru yang ada dalam adegan tersebut dengan sangat terpaksa berkali-kali menghukum gadis cilik itu untuk berdiri di gang di luar ruangan kelas karena tidak mau diam. 


Ujung-ujungnya, anak itu dikeluarkan dari sekolah. 

Sang ibu yang penuh pengertian mencari cara agar putrinya yang istimewa itu tidak merasa sedih karena dikeluarkan dari sekolah, di kelas satu pula. Hingga akhirnya ia menemukan sekolah yang cocok, TOMOE GAKUEN. 

Selanjutnya, cerita pun mengalir dengan indah. 





Mengingat Masa Kanak-kanak

Tetsuko Kurayanagi menyampaikan memori tersebut dengan begitu sederhana. Tidak banyak bumbu bahasa sastra, tidak terlalu njlimet yang membuat kening berkerut membacanya, tidak harus membaca kalimat panjang yang sama hanya untuk mengerti isinya. Namun kalimat demi kalimat terangkai dengan indah menjadi satu kesatuan yang menyentuh. 

Beberapa bagian cerita terkadang mengingatkan saya pada serial karangan penulis cerita anak asal Inggris Enid Blyton dengan St. Clare dan Malory Towers. Betapa kejahilan, keingintahuan, kebahagiaan anak --- khususnya usia sekolah dasar ---sudah seharusnya menjadi perhatian penting bagi orangtua dan guru. Tanpa masa kecil yang berkesan indah, anak-anak akan tumbuh menjadi orang dewasa yang terus menerus mencari jati diri, bahkan terkesan bermasalah. 

Di TOMOE GAKUEN ini diceritakan bahwa Totto-chan, si gadis cilik yang dulu senang memandang dunia luar dari jendela kelasnya ini, mendapatkan banyak sekali pengalaman yang berharga. Dari teman-temannya yang mempunyai beragam karakter, Kepala Sekolahnya yang inspiratif, serta guru yang bukan 'guru' biasa. 

Pertama kali memasuki gerbang sekolah baru itu, perasaannya sudah berbeda. Lebih istimewa lagi ketika Totto-chan menggambarkan gerbang itu sebagai dua batang kayu yang tidak terlalu tinggi namun ditumbuhi ranting dan daun. Totto-chan menyebutnya sebagai gerbang yang tumbuh. 

Dan itu baru sepersekian dari sekian banyak 'keajaiban' yang dirasakannya di TOMOE GAKUEN. Anda harus membacanya sendiri untuk merasakan keajaiban itu :) 



Tetsuko Kurayanagi - Author of Totto-chan

Tentang Penulis


Tetsuko Kurayanagi adalah seorang aktris ternama di jamannya di Jepang , kelahiran Tokyo, 9 Agustus 1933. Ia juga berprofesi sebagai Voice Actress, mengisi suara untuk film animasi (hmm...). Beliau juga merupakan seorang filantropis yang rajin keliling dunia. Novel Totto-chan membawanya menjadi lebih dekat dengan dunia anak-anak khususnya, sehingga UNICEF menobatkannya sebagai Goodwill Ambassador. Di Jepang sendiri Tetsuko sudah sangat dikenal atas kiprah keartisannya, ditambah lagi dengan berbagai kegiatan sosial. 

Ia mendirikan Totto Foundation, sebuah yayasan yang peduli para tunarungu yang secaa profesional memberikan pendidikan teater pada para tunarungu. Sangat inspiratif.

Dan sepertinya, salah satu hal yang membuatnya menjadi seseorang yang memberikan inspirasi bagi orang lain seperti ini adalah karena masa kecilnya dilalui bersama pengalaman indah yang dijalaninya di TOMOE GAKUEN. 


Sampul buku versi Bahasa Inggris




Akhirnya, ada juga kesempatan untuk membaca buku ini. Sungguh suatu kesempatan yang luar biasa, karena jika tidak disempatkan, kapan lagi membaca buku sebagus ini?

Melihat sampulnya saja saya sudah jatuh hati, apalagi setelah membacanya. Sangat cocok untuk siapapun yang suka membaca, apalagi jika Anda adalah seseorang yang kesehariannya berprofesi sebagai Guru atau pengajar di sekolah dasar. 

Totto-chan adalah wujud nyata dari seorang anak kecil berusia tujuh tahunan yang bisa dikategorikan anak aktif, tidak bisa berhenti bergerak dan selalu ingin tahu. SELALU INGIN TAHU. Ya, apapan yang ingin diketahuinya membutuhkan jawaban sesegera mungkin. Ada banyak fragmen menarik dalam buku ini yang digambarkan dengan bahasa yang sederhana namun bisa sampai kepada pembaca dengan sangat jelas. Ketika membacanya, saya sendiri merasa berada dalam adegan-adegan yang dijalani oleh Totto-chan. Sepertinya akan menarik jika ada versi filmnya. 

Dan ternyata memang ADA! 

Versi dorama Jepang Totto-chan memang ada, ditayangkan pada menjelang akhir tahun 2017 dan berusaha semirip mungkin isinya dengan novelnya. Dorama sebanyak 60 episode ini juga ditulis naskahnya oleh Tetsuko Kurayanagi bersama Shizuka Oishi. Rupanya, dorama ini pun sukses, melihat rating yang diraih di asianwiki, 90 votes dari 119 votes.
Wah, recommended nih! Mesti lihat! 





Penasaran akan beberapa adegan yang saya bayangkan gokil banget, seperti saat-saat Totto-chan mencari dompetnya yang jatuh ke dalam lubang toilet (yaiks!) atau ketika Totto-chan terjauh ke dalam adonan semen yang membuat sebagian tubuhnya kaku. 


Hana Toyoshima - pemeran Totto-chan kecil


Namun ada juga momen mengharukan yang mengingatkan saya akan film' Grave of the Fireflies', mungkin karena settingnya beririsan pada masa yang sama, yaitu ketika perang pasifik dimulai pada tahun 1945an. Bedanya, 'Grave of the Fireflies' bikin saya nyesek abis sekaligus menyesal pernah menonton film sesedih itu, sementara membaca Totto-chan membuat bahagia seakan saya adalah teman Totto-chan yang juga menjalani kehidupan yang sama. 

Ada senang, ada sedih, namun semua sesuai porsinya. Porsi yang bisa diterima oleh anak-anak.  Saya yakin, di luar sana ada banyak anak seperti Totto-chan, memiliki banyak keingintahuan namun terpaksa mengikuti 'aturan' yang sudah biasa berlaku dalam masyarakat dan merasa terkekang dengan keadaan. Tidak selalu sekolah konvensional yang menjadi jawaban untuk pemenuhan hak anak untuk belajar. Karena BELAJAR bisa dilakukan DIMANAPUN selama yang diajarkan itu adalah ilmu pengetahuan yang baik.




Jelas, ada banyak inspirasi dari isi novel ini yang bisa diserap para guru. Cara mengajarkan ilmu pengetahuan dengan cara yang kontemporer sudah kita lihat dan praktekkan sebenarnya di beberapa sekolah alam yang ada di Indonesia beberapa tahun belakangan ini. Apalagi sudah banyak pendidik yang tahu bahwa anak bisa tumbuh bahagia jika orangtua, guru dan lingkungan dapat mendukung kompetensi apa saja yang bisa dikembangkan dari seorang anak. 

Di Jepang, Totto-chan, Gadis Cilik di Jendela sudah menjadi bacaan wajib bagi para guru. Dalam setahun, buku ini menjadi best seller dengan menuai kesuksesan terjual sebanyak 4,5 juta buku dan menjadi sejarah penting dunia penerbitan buku di Jepang.

Saya sudah membacanya sampai selesai, dan menyelesaikannya dengan perasaan bahagia. Yang belum sempat baca, yuk, baca! 



Recommended, 5 of 5 Stars :)





Saturday, February 15, 2020

5 Lagu Jazz Cover Version Terasyik

Cover Version juga asyik, loh!

  
Belakangan hari, saya lagi seneng-senengnya dengerin lagu pop dalam bentuk cover version dengan musik jazzy. Sttt, musik cover version juga asyik, loh! Enggak terlalu berat di kuping dan singable banget. Memang terhitung lagu lawas, sih, tapi dijamin, enggak bikin kuping sakit. Jazzy tunes does sounds chill. Bisa banget buat nemenin ngerjain tugas malam-malam, hehe. Ini dia 5 lagu pop dengan cover version jazz terasik:

  1. 6iJazz, “Hey Ya!”




    Masih inget lagu aslinya? Cenderung heboh karena style hip hop ala Outkast memang begitu. Lagu ini dibawakan ulang oleh grup musik asal Islandia, 6iJazzNo vocals karena diganti oleh suara instrumen trumpet dan saxophone yang cakep asli, nyantei, bluesy jam. Ada sentuhan street band macam New Orleans’s Style. TOP. Dibawa sambil nyetir hayu pisan ini mah!


  2. The Bad Plus, “Smells Like Teen Spirit"



    Hellow!! Mana, nih, pecinta Nirvana? Jangan ngebayangin Kurt Cobain di versi jazz yang ini karena BEDA! The Bad Plus ini memang gokil. Sekian tahun ke belakang saat Cobain masih ada dengan formasi Nirvana masih lengkap, “Smells Like Teen Spirit” versi MTV Unplugged membawa sensasi tersendiri sehingga bisa diterima oleh penikmat musik pop. No Distorsion. Nah, Jazzy style-nya The Bad Plus lebih ke free jazz. Distorsi yang meriah dengan bayang-bayang para remaja ber-head banging dan body banging saat mendengar raungan gitar ditambah gebukan drum yang masiv dalam sekejap luluh lantak menjadi lagu yang berbeda. Hanya berbekal drum dengan suara simbal yang atraktif, permainan piano yang super apik dan bass betot.
    It’s really a really different kind of “Smells like teen spirit”!



  3. PMJ Feat. Kate Davis, “All About That Bass"





    Pertama kali dirilis pada tahun 2014, “All About That Bass”-nya Meghan Trainor langsung mencuri perhatian saya. Musisi jazz asal New York, PMJ (PostModern Jukebox) Featuring Kate Davis secara apik mengubah musiknya menjadi lebih jazzy. Vocal Vibrato Davis yang unik serta dentingan piano yang asik membuat lagu ini menjadi lebih berbeda sekaligus klasik. Secara meyakinkan membawa pendengarnya terlempar ke style jazz awal abad 20-an. Salah satu jazz cover terbaik menurut kuping saya. Ikut goyang-goyang (kepala & bahu) juga dengernya^^
  4. Brad Mehldau, “Blackbird”


    Tak ada yang menyangsikan orisinalitas lagu-lagu The Beatles. Dengan permainan notasi sederhana The Beatles menghasilkan lagu-lagu cantik yang timeless. Blackbird adalah salah satunya. Apalagi Masterful jazz pianist Brad Mehldau menampilkan permainan piano yang keren banget di lagu ini! Tidak main-main, pastinya perlu tingkat musikalitas yang istimewa membawakan lagu yang ‘tadinya’ terdengar sederhana dan mudah, menjadi jazzy dengan sentuhan improvisasi istimewa. Lovely!

  1. Dirty Loops, “Rolling in the Deep”



    Penyuka musik pop masa kini, siapa yang enggak tau Adele? Kejayaan Adele sebagai Diva tentunya tidak terlepas dari hitsnya yang merajai top chart di seluruh dunia. "Rolling In the Deep", salah satunya. Kali ini, Band dari Swedia, Dirty Loops dengan kemampuan bermusik mereka yang --- bener-bener bagus banget, keliatan dari cara mereka mainin alatnya--- membawa “Rolling in the deep” versi Dirty Loops ke area jazz yang edun banget, hehe. Bikin saya inget Karimata, band Indonesia tahun 80an. Cover yang ini membuktikan bahwa sebagai trio, “Rolling in the Deep” ala Dirty Loops tampil asik, seasik jika mereka tampil sebagai solois dengan kemampuan bermusik mereka masing-masing. Padahal 'cuma' modal kibor, bass dan drum, tapi hidup banget! Boleh coba simak di lagu lain di kanal yutub mereka, macam Baby-nya Justin Biber. Destiny's Child. Keren! Vokalisnya punya suara dan style nyanyi miriiiippppp sama Stevie Wonder. Pokoknya enggak nyesel kenalan sama lagu2 mereka!

Well, itu dia 5 Lagu Jazz Cover Version Terasik versi saya. Kita semua punya selera yang berbeda, toh! Enggak usah marah buat yang beda selera, selamat menikmati buat yang suka.


Cheerio!