Sunday, May 10, 2020

Produktif Menulis Cerita Anak Kelas Piet Genta Day 1 : Mimi Belanja Ke Warung


Mimi Belanja Ke Warung



Oleh Winda Sumarna






Hari ini Mama memasak sayur sop ayam. Sayur kesukaan Mimi. Potongan ayamnya besar-besar. Warna wortelnya oranye cerah. Mimi senang melihat Mama memasak sayuran.

"Mimi boleh bantu Mama enggak?" tanya Mimi. Mama sedang mengupas kulit wortel.
"Bantu apa, ya, Mi, Mama sudah siap semua bahannya."
"Boleh enggak, Mimi bantu kupas-kupas?" tanya Mimi lagi.

Mama tersenyum. Ditatapnya anak perempuan mungil yang baru berusia lima tahun itu penuh sayang.
"Tidak usah, sayang, Mimi lihat Mama masak aja, ya."

Mimi mengangguk. Mama sudah mulai memasukkan sayuran ke dalam panci berisi rebusan daging ayam.

Potongan wortel, brokoli hijau dan kol putih. Mimi tahu nama sayuran itu karena Mama memberitahunya.

Lalu Mama memasukkan bumbu-bumbu. Garam, sedikit gula, bumbu penyedap, dan bawang putih yang sudah dihancurkan.

"Aih, Mi...Mama lupa, Mi..." Mama mencari-cari sesuatu di tempat bumbu.

"Lupa apa, Ma?" Mimi mendekati Mama, siapa tahu bisa membantu Mama menemukan benda yang dicari.

"Merica! Mimi tahu merica?" Mimi mengangguk semangat.

"Merica yang warna coklat, bulat-bulat kecil, keras, pedas, ya, Ma?" jawab Mimi.

"Ya, sayang! Merica! Mimi mau bantu Mama?"

"Ya, Ma!" Mimi mengangguk kuat-kuat. Dari tadi ingin membantu Mama. Akhirnya ada juga yang bisa Mimi bantu.

"Tolong belikan merica di warung Bu Danu, ya! Bisa?"

"Bisa, Ma. Berapa?"

"Belikan dua bungkus, ya. Ini uangnya, minta kembaliannya. Hati-hati, jangan sampai uangnya jatuh."

"Iya, Ma."

"Mimi enggak usah buru-buru, ya. Sayurnya bisa menunggu merica, kok, Mi." Gurau Mama.

Mimi tertawa kecil. Ia mengambil uang lembaran lima ribu dari tangan Mama. Kemudian berangkat ke warung Bu Danu yang jaraknya lima rumah jauhnya dari tempat tinggal mereka.

Mama mengintip dari balik pintu dapur. Melihat anak perempuannya berlalu dengan senangnya.

Tak lama kemudian, Mimi tiba di warung Bu Danu. Tampaknya sepi. Tidak ada pembeli selain Mimi.

"Beliii..." seru Mimi. Ia pernah diajak Mama ke warung Bu Danu. Begitu cara Mama memanggil Bu Danu. Mama tidak membolehkan Mimi sering-sering ke warung. Kata Mama, tidak boleh banyak jajan.

"Yaaa!" sahut Bu Danu. Sebagian badannya terhalang oleh tumpukan toples dan etalase toko.

"Mau beli apa, sayang?" tanya Bu Danu ramah.

"Beli merica dua bungkus!" sahut Mimi agak keras. Ia takut Bu Danu tidak mendengar suaranya. Nanti Mama marah kalau Mimi salah beli.

"Boleh." Bu Danu menyodorkan dua bungkus merica butir pada Mimi. Ah, ternyata tidak lama.

"Ini uangnya, Bu." Mimi memberikan uang lima ribu yang tadi diberikan Mama pada Bu Danu.

Bu Danu mengambil uang itu, lalu memberikan uang kembalian untuk Mimi.

"Kembalinya tiga ribu, ya, Mi." Mimi mengangguk. Diambilnya uang kembalian itu.
"Mimi enggak jajan?" tanya Bu Danu. Mimi diam.

Tadi Mama tidak menyuruh Mimi jajan. Hanya membeli merica saja.

Mimi menggelengkan kepala. Dilihatnya ada baaaanyaaaakkk sekali makanan yang disukainya di warung Bu Danu ini.

Coklat, kue, keripik, permen. Mama marah tidak, ya, kalau Mimi belikan satu saja?

"Sudah? Enggak jajan, ya?" tanya Bu Danu lagi.



BACA YANG INI JUGA, YUK :"Celengan Mimi" 


Kali ini Mimi menjawab.
"Enggak, Bu, tadi Mama cuma minta belikan merica."

Bu Danu tersenyum.
"Ya, sudah. Kalau begitu, belanjanya sudah selesai. Mimi boleh pulang. Hati-hati, ya."

"Terima kasih, Bu," kata Mimi. Dengan uang kembalian tiga ribu rupiah dan dua bungkus merica butir, Mimi kembali ke rumah.

"Ini, Ma, mericanya," Mimi menaruh merica yang dibelinya dan uang kembalian di atas meja makan. Harum sayur sop ayam memenuhi ruangan dapur.

Mama tersenyum senang.

"Terima kasih, sayang. Mimi pintar, deh. Mimi enggak jajan?" Mama menghitung uang kembalian. Tiga ribu. Pas.

"Enggak. Mama 'kan cuma minta Mimi beli merica, bukan jajan." Jawab Mimi polos.

Mama mengangguk. Kemudian mengelus rambut Mimi dengan tatapan sayang.

"Terima kasih, sayang. Mimi sudah menurut pada Mama. Mimi juga bisa menjaga amanah. Duh, Mama senang sekali."

Mama mengecup pipi Mimi.

Mimi tertawa senang. Kata Mama, Mimi bisa menjaga amanah. Mimi menurut pada Mama. Mama senang lihat Mimi. Itu saja sudah cukup.

"Amanah itu apa, Ma?" tanya Mimi.

"Amanah itu sama dengan amanat, yaitu pesan yang harus dilaksanakan. Tidak boleh dilanggar. Mimi mengerti?"

Mimi mengangguk. Ia tersenyum senang.
"Naaah, terima kasih, Mi. Berkat Mimi, sayur sopnya lebih enak, nih! Kan sudah ditambah merica!"

Harum sop ayam semakin membuat Mimi senang.

Mama menyendokkan sop ayam ke dalam mangkok. Hhmmmm, sedaaaappp!

"Mimi sayang, ini dia, sop ayam untuk anak mama yang sudah bisa menjaga amanah."

Mimi pun menyantap sop ayam kesukaannya dengan bahagia.

***





Tulisan ini dibuat sebagai bagian dari kelas #produktifmenulisceritanak bersama Piet Genta #rumpunaksara ^^ 

No comments:

Post a Comment