Thursday, May 14, 2020

Produktif Menulis Cerita Anak Kelas Piet Genta Day 4 : Mimi Belajar di Rumah



“Mimiiiiii...main, yuk!” Panggil Lani semangat. Mimi yang masih mengantuk, membuka matanya malas.

“Mimiiiiiii!” Panggil Lani lagi. Mimi belum menyahut.
“Mimi masih tidur, Lani. Nanti saja kesini lagi, ya.” Mama yang menjawab. Mimi dengar, sih, tapi Mimi masih mengantuk. Matanya masih terpejam.

“Mimi mau bangun jam berapa? Ini sudah siang, lho.” Suara Mama lembut di telinga Mimi.

Sehabis sahur dan salat subuh, Mimi tidur lagi. Ia tertidur saat Mama mengaji usai salat subuh tadi.

“Mimii....”Mama masih mencoba membangunkan Mimi. Hampir jam sepuluh pagi, Mimi masih bermalas-malasan di tempat tidur.

“Iya, Ma...sebentar lagi,ya...”gumam Mimi dengan mata masih terpejam. Mama tersenyum. Perubahan pola tidur selama bulan Ramadan ini memang membuat Mimi lebih banyak tidur seperti pagi ini. Pola makan, pola tidur, bahkan pola bermainnya berubah.

 “Miii...lihat, nih, Ibu Guru Mimi kirim pesan di grup WA,”pancing Mama. Kali ini terlihat Mimi bergerak. Berusaha membuka mata.

“Yyyaaa,”sahutnya lirih. “Apa, Mama...” Mimi menggeliat. Mama memperlihatkan layar ponsel.
“Tuuh...ada tugas mewarnai dari Ibu Guru. Yuk, bangun, kerjakan tugas! Mimi bobo terus, nih, ah,”Mama melipat selimut Mimi. Masih dengan malas, Mimi bangun.

“Hayo, mandi dulu, ya, nanti kerjakan tugas, yaaa.” Mimi mengangguk sambil masih mengantuk.

Usai mandi, Mimi bersiap di meja lipat kecilnya untuk mewarnai. Ibu Guru di PAUD tempat Mimi belajar, rajin memberi tugas harian secara daring melalui ponsel Mama. Selama wabah virus korona, Mimi dan teman-teman di PAUD Melati harus belajar di rumah saja.

“Mimiiiii....ayo maiiiinnnnn!”Terdengar suara Lani memanggil. Nada panggilan yang mengalun khas itu membuat Mimi spontan menengok ke arah jendela.

“Mimi, mainnya nanti, ya.” Cegah Mama tegas. Mimi mengangguk. Lalu duduk lagi di atas karpet dengan meja lipatnya.

“Mimiiiiiii!”Lani masih berusaha rupanya.

Mama geleng kepala.
“Sudah, tunggu saja Mimi disitu, ya. “ Mama bergegas ke luar rumah. Dihampirinya Lani yang tengah berdiri di luar pagar.

Mimi memperhatikan dari balik jendela. Dilihatnya Mama berbicara dengan Lani. Selama wabah korona, Mimi jarang main keluar rumah. Mama melarangnya bermain di luar. Lani juga sekali-sekali main. Soalnya bosan juga belajar terus di rumah. Tak sabar rasanya ingin kembali ke sekolah. Bertemu Ibu Guru dan teman-teman.

Tak lama kemudian Mama masuk bersama Lani.


BACA JUGA YANG INI, YUK: "Mimi dan Bunga Begonia"

Produktif Menulis Cerita Anak Kelas Piet Genta Day 5 : Mimi dan Bunga Begonia

                          


Setiap sore menjelang berbuka puasa, Mimi menemani Mama merawat tanaman di pekarangan depan rumah. Kali ini, ada yang istimewa. Bukan sekadar menyirami bunga saja seperti biasa. Mama baru membeli beberapa macam bunga lagi untuk ditanam.


“Ma, bunganya tambah banyak, ya?” Tanya Mimi. Mama mengiyakan.


Tangan Mama sibuk mencabuti rumput-rumput kecil yang tumbuh di pot bunga.


“Mimi boleh bantu, enggak, Ma?” Mimi ikut berjongkok dekat Mama."Sini, bantu cabuti rumput-rumput kecil yang ada di pot, ya. Pakai sarung tangan dulu." 

Mama mengambil sarung tangan plastik dan mencontohkan cara mencabut rumput.Mimi mengangguk senang. Ia paling suka membantu Mama. Ia selalu berusaha membantu Mama, sekecil apapun bantuannya.


“Ma, ini cabut jangan, ya?” Hampir saja Mimi mencabut anak bunga bakung yang baru tumbuh di sebelah bunga bakung yang besar.


Mama menggeleng. Matanya agak melotot. Hampir saja copot jantung Mama. Khawatir Mimi mencabut bunga, bukannya rumput.


Tapi anak perempuan Mama yang baru berusia lima tahun itu malah bersenandung riang saat Mama melihat ke arahnya. Sambil mencabuti rumput liar seperti yang dicontohkan Mama. Mama tertawa kecil. Berusaha ikhlas kalau ada yang salah tercabut.


Tiba-tiba...


BACA JUGA CERITA INI, YUK: "Mimi Sayang Kakek"

Tuesday, May 12, 2020

Produktif Menulis Cerita Anak Kelas Piet Genta Day 3 : Celengan Mimi




Oleh Winda Sumarna




Pagi ini Mimi tampak resah. Teh Ina belum kelihatan juga. Biasanya jam delapan pagi Teh Ina sudah datang dengan bakul besarnya. Bakul berisi bubur sumsum hangat kesukaan Mimi.

“Kenapa, Mi? Kok, gelisah begitu?” tanya Mama yang sedang menyiram bunga di halaman.
“Teh Ina belum kesini, ya, Ma?” Mimi balik bertanya.

“Belum. Iya, ya, biasanya jam segini sudah sampai. Mungkin mampir di tempat lain,”sahut Mama.

Mimi menghempaskan badannya di kursi santai di teras. Berlagak sedang melihat Mama menyiram bunga. Tapi pikirannya melayang entah kemana.

“Hayooo...mikirin apa, sih? Kok melamun begitu?” Mama mengagetkan Mimi rupanya. Mimi melamun.
“Emh...Mimi pingin bubur sumsum Teh Ina, Ma.” Kata Mimi, dengan mulut agak cemberut.
“Ya, sudah, kalau Teh Ina masih belum datang, Mama yang buatkan, ya.” Mama menyimpan alat penyiram bunga di dekat bunga.
“Enggak, Ma, enggak apa-apa. Enggak usah. Nanti tunggu teh Ina saja, deh,” kata Mimi lagi. Mama tersenyum menanggapi. Lalu lanjut lagi menyiram bunganya.

Keesokan harinya, bubur sumsum Teh Ina masih juga belum bisa dirasakan Mimi lagi. Teh Ina lagi-lagi tidak mampir. Begitupun dua hari sesudahnya. Padahal Teh Ina selalu rajin setiap hari mampir dengan bakul bambunya itu setiap pagi.

“Ma, rumah Teh Ina dimana, sih?”tanya Mimi pada Mama. Mama mengingat-ingat.

“Enggak jauh, kok, di kampung belakang komplek. Kenapa, Mi?”

“Kita main ke rumahnya Teh Ina, yuk, Ma. Mimi pingin ketemu sama Teh Ina,” jawab Mimi setengah memaksa.

“Boleh, tapi nanti kalau Mimi sudah mandi, ya!”
“Siap, Ma!” Wjah Mimi berseri lagi.

Agak siang, Mama bersama Mimi pergi ke kampung belakang komplek. Tidak terlalu jauh, kok. Juga tidak terlalu sulit. Hampir semua orang kenal Teh Ina, pedagang bubur sumsum keliling. Hingga kemudian mereka tiba di rumah Teh Ina.

Rumah itu tidak terlalu besar. Dihuni oleh Teh Ina dan ibunya. Ibu Teh Ina membukakan pintu dan mengobrol dengan Mama.

“Ina sakit, Bu. Makanya berhenti jualan dulu. Mungkin terlalu cape,”jawab Ibu Teh Ina ketika Mama bertanya tentang alasan Teh Ina tidak berjualan.

Mimi menegakkan duduknya. Teh Ina cape? Aduh, kasihan. Mungkin bakulnya terlalu berat digendong kemana-mana?

“Mimi mau nengok Teh Ina, boleh enggak? “ pinta Mimi pada Ibu Teh Ina. Ibu tersenyum dan mengangguk,lalu mengajak Mimi dan Mama ke kamar Teh Ina.

Disana, Teh Ina terbaring dengan mata terpejam. Sedang istirahat rupanya, habis minum obat. Mimi dan Mama tidak lama-lama. Takut mengganggu Teh Ina. Mereka pamit setelah sedikit mengobrol dengan Ibu Teh Ina.

Di rumah, Mimi masih nampak sedih mengingat Teh Ina. Ia tahu, sakit itu tidak menyenangkan. Tidak bisa bermain, tidak boleh keluar rumah, harus istirahat. Sama seperti Teh Ina.

“Ma,” Mimi menghampiri pada Mama, memeluk celengan berbentuk Doraemon berwarna biru.

“Ya, Sayang,” Mama menyimpan buku yang sedang dibacanya.

“Mimi kasih ini buat Teh Ina, ya, Ma.” Mimi memberikan celengannya pada Mama. Agak berat.
“Maksud Mimi, celengannya diberikan untuk Teh Ina?” tanya Mama meyakinkan. Mimi mengangguk.
“Bantu Teh Ina beli obat dan susu, ya, Ma. Supaya Teh Ina cepat sembuh. Mimi kasihan lihat Teh Ina. “

Mimi mengusap air matanya yang tiba-tiba meleleh. Mama juga, mengusap ujung matanya yang tiba-tiba basah.

Spontan Mama memeluk anak perempuannya yang baru berusia lima tahun itu.

“Duh, sayangkuuuu, baik sekali hati Mimi. Ya, nanti Mama belikan untuk Teh Ina obat dan susu, ya. Mimi ikhlas?”

“Ikhlas itu apa, Ma?”

“Ikhlas itu tidak mengharapkan imbalan, sayang. Kalau Mimi ikhlas, Allah pasti akan balas kebaikan Mimi. Doakan Teh Ina cepat sembuh, yaa,” Mama mengecup sayang pipi Mimi yang bulat.

“Iya, Ma.” Mimi memeluk Mama erat.

Mama tersenyum hangat. Senangnya melihat Mimi memiliki rasa peduli yang tinggi seperti ini. Disimpannya celengan Doraemon itu tanpa mengeluarkan isinya. Tanpa Mimi tahu, Mama sudah menyelipkan amplop berisi uang untuk Teh Ina ketika mereka menengok Teh Ina.
***

Tulisan ini dibuat sebagai bagian dari project #ProduktifMenuliCeritaAnak bersama Piet Genta #rumpunaksara

Monday, May 11, 2020

Produktif Menulis Cerita Anak Kelas Piet Genta Day 2 : Mimi Sayang Kakek

"MIMI SAYANG KAKEK"

Add caption

Oleh Winda Sumarna





“Mimi, kalau menutup pintu pelan-pelan dong,Nak,” kata Kakek pada Mimi yang baru masuk ke rumah. Mimi tidak menjawab. Lekas ia berlari menuju Mama yang sedang menjahit.


“Mama, Kakek galak,” bisik Mimi pada Mama. Mama tersenyum. Lalu balas berbisik.


“Bukan, Kakek bukan galak, Mi. Kakek kaget, Mimi buka pintu, terus tutup pintu berisik,” Mama mencium pipi Mimi yang cemberut.


Ya. Hari-hari Mimi terasa menyebalkan kalau sedang ada Kakek berkunjung ke rumahnya. Mimi tidak boleh ini lah. Mimi tidak boleh itu lah.


"Mi. Kok lama banget di kamar mandi. Jangan main air. Sudah, Nak. Sini makan." Lagi-lagi Kakek mengganggu Mimi.


Mimi pun bergegas keluar dengan wajah cemberut. Setelah merapikan diri, dia bergabung bersama kakeknya di meja makan.


“Ayo, Mi, makanannya jangan disisakan, ya, habiskan sampai piring Mimi bersih,” kata Kakek. Kumis Kakek yang tebal bergerak naik turun mengikuti gerakan mulut yang juga mengunyah. Mimi tertawa kecil.


“Eh, sedang makan tidak boleh ketawa-ketawa! Nanti kamu tersedak!” Kali ini suara Kakek bertambah keras. Mimi langsung diam. Mama tersenyum kecil. Dilihatnya arah pandangan Mimi ke arah mulut Kakek.


“Kek, Mimi geli lihat kumis Kakek, tuh,” seloroh Mama. Kakek melotot. Mimi ikut melotot.



BACA JUGA YANG INI, YUK : "Mimi Belanja Ke Warung"

Sunday, May 10, 2020

Produktif Menulis Cerita Anak Kelas Piet Genta Day 1 : Mimi Belanja Ke Warung


Mimi Belanja Ke Warung



Oleh Winda Sumarna






Hari ini Mama memasak sayur sop ayam. Sayur kesukaan Mimi. Potongan ayamnya besar-besar. Warna wortelnya oranye cerah. Mimi senang melihat Mama memasak sayuran.

"Mimi boleh bantu Mama enggak?" tanya Mimi. Mama sedang mengupas kulit wortel.
"Bantu apa, ya, Mi, Mama sudah siap semua bahannya."
"Boleh enggak, Mimi bantu kupas-kupas?" tanya Mimi lagi.

Mama tersenyum. Ditatapnya anak perempuan mungil yang baru berusia lima tahun itu penuh sayang.
"Tidak usah, sayang, Mimi lihat Mama masak aja, ya."

Mimi mengangguk. Mama sudah mulai memasukkan sayuran ke dalam panci berisi rebusan daging ayam.

Potongan wortel, brokoli hijau dan kol putih. Mimi tahu nama sayuran itu karena Mama memberitahunya.

Lalu Mama memasukkan bumbu-bumbu. Garam, sedikit gula, bumbu penyedap, dan bawang putih yang sudah dihancurkan.

"Aih, Mi...Mama lupa, Mi..." Mama mencari-cari sesuatu di tempat bumbu.

"Lupa apa, Ma?" Mimi mendekati Mama, siapa tahu bisa membantu Mama menemukan benda yang dicari.

"Merica! Mimi tahu merica?" Mimi mengangguk semangat.

"Merica yang warna coklat, bulat-bulat kecil, keras, pedas, ya, Ma?" jawab Mimi.

"Ya, sayang! Merica! Mimi mau bantu Mama?"

"Ya, Ma!" Mimi mengangguk kuat-kuat. Dari tadi ingin membantu Mama. Akhirnya ada juga yang bisa Mimi bantu.

"Tolong belikan merica di warung Bu Danu, ya! Bisa?"

"Bisa, Ma. Berapa?"

"Belikan dua bungkus, ya. Ini uangnya, minta kembaliannya. Hati-hati, jangan sampai uangnya jatuh."

"Iya, Ma."

"Mimi enggak usah buru-buru, ya. Sayurnya bisa menunggu merica, kok, Mi." Gurau Mama.

Mimi tertawa kecil. Ia mengambil uang lembaran lima ribu dari tangan Mama. Kemudian berangkat ke warung Bu Danu yang jaraknya lima rumah jauhnya dari tempat tinggal mereka.

Mama mengintip dari balik pintu dapur. Melihat anak perempuannya berlalu dengan senangnya.

Tak lama kemudian, Mimi tiba di warung Bu Danu. Tampaknya sepi. Tidak ada pembeli selain Mimi.

"Beliii..." seru Mimi. Ia pernah diajak Mama ke warung Bu Danu. Begitu cara Mama memanggil Bu Danu. Mama tidak membolehkan Mimi sering-sering ke warung. Kata Mama, tidak boleh banyak jajan.

"Yaaa!" sahut Bu Danu. Sebagian badannya terhalang oleh tumpukan toples dan etalase toko.

"Mau beli apa, sayang?" tanya Bu Danu ramah.

"Beli merica dua bungkus!" sahut Mimi agak keras. Ia takut Bu Danu tidak mendengar suaranya. Nanti Mama marah kalau Mimi salah beli.

"Boleh." Bu Danu menyodorkan dua bungkus merica butir pada Mimi. Ah, ternyata tidak lama.

"Ini uangnya, Bu." Mimi memberikan uang lima ribu yang tadi diberikan Mama pada Bu Danu.

Bu Danu mengambil uang itu, lalu memberikan uang kembalian untuk Mimi.

"Kembalinya tiga ribu, ya, Mi." Mimi mengangguk. Diambilnya uang kembalian itu.
"Mimi enggak jajan?" tanya Bu Danu. Mimi diam.

Tadi Mama tidak menyuruh Mimi jajan. Hanya membeli merica saja.

Mimi menggelengkan kepala. Dilihatnya ada baaaanyaaaakkk sekali makanan yang disukainya di warung Bu Danu ini.

Coklat, kue, keripik, permen. Mama marah tidak, ya, kalau Mimi belikan satu saja?

"Sudah? Enggak jajan, ya?" tanya Bu Danu lagi.



BACA YANG INI JUGA, YUK :"Celengan Mimi" 

Mengisi Waktu #DiRumahAja dengan Kegiatan Positif: Menulis Aja, Yuk!

Penulis-penulis itu memang parah, ya. Seenaknya aja bilang, "MENULIS ITU GAMPANG!"

Beuh, iya, kalo nulisnya cuma nulis biasa yang tanpa arti. Nah, giliran menulis yang bermakna, sampai jadi satu cerita yang bagus, itu kan butuh KERJA KERAS. Gak semudah itu, Ferguso! 

Lagi-lagi saya coba menulis ingin selancar mereka---para penulis hebat (hiks, sedih). Lagi-lagi BUNTU. Kayak masuk gang kecil, panjang, jauh, eeeehhh, enggak nemu ujung jalan. Malah tembok rumah melulu. Hadeuh. 

Aturan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di sebagian besar wilayah Indonesia sekarang ini membuat kita semua harus putar otak lebih rajin. Untuk isi perut, untuk isi otak, untuk isi dompet, untuk isi waktu...

Well, saya enggak mau cuma jadi WPC saja, Sis! WPC--- Warga Pecinta Rebahan. Tambah endut lah, haha! Udah mah endut, rebahan terus, kapan langsyingnya, Cintaaahh!

Hingga kebosanan ini bertemu dengan promo di Fesbuk :


PUCUK DICINTA ULAM PUN TIBA!


I Love You, Mbak Piet Genta!!

Senang sekali ketika kemudian saya bisa berkomunikasi langsung dengan beliau, penulis hebat yang baik hati ini. Dari kotak pesan di Fesbuk, lanjut ke Whatsapp, lalu ke Whatsapp Group, saya bertemu dengan banyak teman.

Menambah teman, menambah silaturahim. Alhamdulillaah. Lalu segala sesuatunya mengalir begitu saja.

SAYA MENULIS CERITA ANAK! HAHA! 

Senang? Iya lah! Menulis cerita anak itu BEDA dengan kita menulis untuk dewasa. Tantangannya berat. Menurut saya, lho, ya. 

Lalu, dimulailah proses menulis itu. Dan...Aha! Alhamdulillaah! Akhirnya bisa juga menulis cerita anak!

Dengan bantuan panduan PJ Mbak AriWidi dan tentu saja arahan dari Mbak Piet Genta, kemudian menulislah saya...


BACA YUK, DISINI : Mimi Belanja Ke Warung


Teman-teman yang lainnya juga sama-sama berproses. Ada yang memang sudah punya jari lincah, baru juga berapa menit peluit tugas ditiup oleh Mbak PJ, langsung posting di grup. Bikin saya jadi keder, hehe...Keder karena belum bikin tugas! Wadaw!

Mungkin memang saya orangnya harus dipanasin dulu supaya bisa maju. Lihat yang lain cepat posting tugas, yaaa, kemudian saya pun berusaha untuk tidak kalah dengan yang lain. Hasilnya? Bisa! Yeeeyyy!!!

Jatuh bangun dulu, sih, teteeep. Setor naskah mepet deadline, lalu dikoreksi. Hmm. Besoknya begitu lagi, hehe. Selalu ada perbaikan. Ya, enggak apa-apa juga. Koreksi untuk membangun, toohh. Lagipula, Mbak Piet ini telaten, lho! Bibi Titi Teliti! 

Alhamdulillaah, kalo beliau enggak teliti, siapa yang mau koreksi coba?? 
Hasilnya kan kelihatan, MEMUASKAN (at least buat diri sendiri aja dulu, xixi)! 
bolak-balik koreksi, baru deh, lulus posting dan bisa publish untuk umum. Yeeeaayyy!

Mudah-mudahan bisa konsisten. Itu aja dulu, ya. Soalnyaaaaa...hmmmm...saya agak angin-anginan juga, hihihi. Menulis itu tetap perlu ide, inspirasi, konsep dan lain-lain hingga kemudian menjadi satu cerita yang utuh dan diapresiasi. Syukur-syukur jika kemudian bisa mendatangkan rejeki :) Aamiin. 




Yah, itu dia, Kawans, yang ingin saya bagi kali ini. Intinya, mengisi waktu luang bisa dengan berbagai cara. Termasuk dengan meng-update kemampuan supaya selama #lockdown #dirumahaja ini kita tidak stuck, enggak begitu-begitu aja. Sudah seharusnya kita menambah kemampuan diri.

Dari yang enggak bisa masak Capcay, jadi bisaaaa (itu saya, hehe. Prestasi banget, ya, bisa masak Capcay)

Dari yang enggak bisa menulis cerita anak, jadi bisaaa, horee!!!

Semangat itu, perlu, Kawans. Jadi, yuk, kembangkan dirimu!
Kelamaan rebahan malah nambah malas, lho (Itu sayaaa....Kalian enggak, kan???)

Yuk, Yak, Yukkk!!

Saturday, April 11, 2020

4 Film Asing Inspiratif Ini Wajib Ditonton para Orang Tua dan Guru


Hello, Smart Ladies!

Bicara tentang perfilman Indonesia dengan tema pendidikan, makin hari makin banyak pilihan tontonan yang memberi inspirasi dan motivasi. Sebut saja film Laskar Pelangi, Negeri 5 Menara, Jembatan Pensil, 5 Elang, King, dan lain sebagainya. Belum lagi film-film biopik pahlawan bangsa yang sangat sarat makna. Film-film tersebut membuktikan bahwa para pembuat film di Indonesia sudah mulai mengerti dan paham bagaimana memberikan karya terbaik bagi anak bangsa.
Selain film hasil karya anak negeri, banyak juga film-film asing yang tak kalah bagus untuk ditonton, lo. Berikut 4 film asing yang wajib ditonton oleh para orang tua dan guru:




1. Taare Zameen Par – India



Film ini bercerita tentang kegundahan orang tua Ihsaan, seorang anak lelaki berumur 9 tahun yang mengalami kesulitan dalam belajar. Masalah ini menyebabkan prestasinya di sekolah semakin menurun drastis, bahkan terancam tidak naik kelas. Kesulitan dalam membaca membuat nilai-nilainya terus menurun hingga akhirnya, Ihsaan harus menuruti keinginan orang tuanya untuk pindah sekolah. Pilihan jatuh ke sekolah berasrama yang terletak di luar kota. Ihsaan merasa orang-orang yang dicintainya telah membuang dan tidak lagi menyayanginya. Namun, di tempat itulah Ihsaan bertemu dengan seorang guru seni yang mengerti permasalahannya. Guru seni itu diperankan oleh Amir Khan. Perjuangannya mengatasi permasalahan Ihsaan di film inilah yang sangat inspiratif.




Baca ini juga : Anime Movie Review : Kimi to, Nami ni Noretara (Ride Your Wave)

2. Akeelah And The Bee – USA



Apakah anak Ladies suka mengeja? Jangan anggap enteng, ya. Senang mengeja justru bisa membawa berkah, lo. Cobalah tonton film berjudul Akeelah and The Bee. Film ini mengisahkan tentang seorang anak perempuan keturunan Afro Amerika yang berusia 11 tahun bernama Akeelah. Akeelah sangat menyukai kegiatan mengeja. Hobi mengeja itulah yang membawa Akeelah melenggang ke kompetisi nasional. Dalam perjalanannya, Akeelah bertemu dengan dua orang anak yang juga mempunyai tujuan sama, yaitu menjuarai kompetisi mengeja tingkat nasional.




3. Gifted Hands : The Ben Carson Story – USA



Film ini berkisah tentang seorang ibu yang tak kenal lelah mendorong anak-anaknya untuk rajin membaca. Tak berhenti di situ, mereka harus membuat ringkasan dari buku-buku yang telah dibaca tersebut. Di kemudian hari, kebiasaan tersebut membawa mereka menjadi “anak-anak emas”. Hal itulah yang dilakukan oleh ibunda Ben Carson dalam “Gifted Hands: The Ben Carson Story”. Carson dan Curtin, demikian nama tokoh dalam film ini. Kakak beradik ini setiap hari harus mematuhi perintah ibunya untuk membaca buku. Kebiasaan itu membuat nilai-nilai Carson beranjak membaik hingga kemudian ia dapat melanjutkan pendidikan sampai ke universitas.


4. The Miracle Worker – USA



Pembaca serial manga “Topeng Kaca” karya Suzue Miuchi pasti mengingat kisah Helen Keller yang diperankan oleh tokoh Maya Kitajima di komik ini. Betapa tidak, sejak usia 19 bulan, Helen Keller sudah kehilangan kemampuan untuk melihat, mendengar, dan berbicara karena penyakitnya. Film ini mengisahkan kembali kehidupan Helen Keller yang diperankan dengan sangat baik oleh Hallie Kate Eisenberg. Sikap Helen yang tadinya liar karena sulit untuk dididik dengan baik mengalami perubahan drastis setelah bertemu dengan guru yang tak kalah luar biasa. The Miracle Worker yang dirilis pada tahun 2000 ini memiliki sebuah misi untuk menggugah kesadaran bahwa seharusnya kita memperlakukan penyandang disabilitas sebagaimana orang-orang normal.


Nah, Smart Ladies, itulah beberapa judul film asing bertema pendidikan yang dapat memberikan inspirasi dan motivasi kepada para orang tua maupun guru mengenai pendidikan untuk anak. 

Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik bagi anaknya agar mereka bahagia. Namun terkadang, belum tentu langkah yang kita ambil adalah yang terbaik untuk sang anak.

Seperti kalimat dari penyair Kahlil Gibran berikut ini, “Kaulah busur, dan anak-anakmulah anak panah yang meluncur."



Tulisan ini sudah dimuat di Joeraganartikel.com






Sunday, March 22, 2020

Yuk, Membuat Sendiri Hand Sanitizer Berbahan Daun Sirih!


Foto : makmoodpublishing.com


Halo, Miks!
Kebutuhan terhadap Hand Sanitizer saat ini sudah menjadi hal yang utama. Ke mana pun pergi, Hand Sanitizer selalu tersedia di dalam tas, bahkan di dalam saku. Kewajiban utama saat ini agar kesehatan tubuh dapat terjaga adalah dengan menyediakan dan memakai Hand Sanitizer. Terutama sebelum dan sesudah memegang berbagai macam benda yang berkemungkinan mengandung virus, kuman, dan bakteri.
Tantangan datang ketika Hand Sanitizer menjadi sulit didapatkan dengan harga yang masuk akal. Semakin hari semakin mahal dan sulit didapat. Untuk mempermudah mendapatkan Hand Sanitizer, kenapa tidak mencoba membuatnya sendiri di rumah? Enggak sulit, kok! Dengan daun sirih sebagai bahan utama, Hand Sanitizer dengan jumlah cukup banyak bisa kita dapatkan. Yuk, kita coba!

Bahan utama:

13-15 lembar daun sirih
2 Gelas air

Siapkan juga:

Saringan teh
Pisau
Talenan
Botol Spray
Panci kecil untuk merebus daun sirih

Cara Membuat:

– Cucilah daun sirih hingga bersih. Tiriskan hingga agak kering, lalu potong daun sirih menjadi potongan kecil.
– Rebus daun sirih yang sudah dipotong-potong dengan 2 gelas air hingga selama kurang lebih 15 menit.
– Setelah 15 menit, saring air rebusan daun sirih dengan menggunakan saringan teh ke dalam wadah. Tunggu sampai dingin.
– Tuangkan ke dalam botol spray bersih jika air rebusan daun sirih sudah dingin.
– D.I.Y Hand Sanitizer siap digunakan kapan pun Anda membutuhkan .

Khasiat Daun Sirih

Daun sirih merupakan tanaman rambat yang sering terlihat ditanam di pekarangan rumah. Kandungan yang terdapat dalam sehelai daun sirih pun tidak main-main, lo. Dalam buku berjudul “Tanaman Hias Berkhasiat Obat” yang ditulis oleh Mursito, B. dan Heru P, minyak asiri dari daun sirih mengandung minyak terbang, seskuiterpen, pati, diatase, gula dan zat samak dan kavikol yang memiliki daya mematikan kuman, antioksidasi, dan fungisida, anti jamur.
Daun sirih dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Mulai dari mengatasi penyakit batuk, sariawan, mimisan, masalah higienitas kelamin wanita hingga sebagai bahan pembuat hand sanitizer seperti ini. Alam sudah menyiapkan bahan-bahannya untuk kita manfaatkan khasiat baiknya. Mencoba membuatnya sendiri pun bukanlah hal yang sulit. Selamat mencoba, ya, Miks!




Tulisan ini sudah dimuat disini


Tuesday, March 17, 2020

4 TIPS MENJAGA DAYA TAHAN TUBUH




Usia bertambah seharusnya menjaga kesehatan. Jangan sok-sok-an mentang-mentang sehat.


"Coba itu, makan jangan asal, jangan sembarangan segala masuk, segala dimakan. Dipilah, dipilih, mau sehat terus sampe tua kan?" begitu terus kata Mama, yang tahun ini menginjak usia 64 tahun. 


Mama masih sehat---alhamdulilaah, masih pergi-pergi mengendarai motor matic kemana-mana. Bahkan dengan senang hati setiap dua hari sekali membeli air mineral sebanyak dua galon dengan motor itu. Walau kulit keriput, badan tak lagi segemuk dulu, Mama masih tampak segar. Ada pun masalah kesehatan, tak jauh dari sakit gigi. Itu pun jarang. Lagi-lagi saya sangat bersyukur untuk hal ini.


Papa pun tak jauh beda. Enam puluh tujuh tahun usianya saat ini. Saya sangat bersyukur, kondisi kesehatan Papa sejauh ini cukup baik. Masih rajin ke kebun, membuat pagar bambu atau bahkan mencangkul tanah. Minggu lalu malah minta tolong saya untuk mencarikan video di youtube, ingin belajar cara mengaci tembok. Yah, dulu Papa bekerja di pabrik sarung tenun, jadi lebih paham soal kimia dalam pencampuran kimiawi untuk pewarna dan masalah mesin-mesin tenun. 





Di saat yang sama, ibu atau ayah teman maupun kenalan, ada yang berkutat dengan masalah kesehatan dengan level yang cukup tinggi. Setiap hari selalu mensyukuri keadaan itu, bahwa kedua orang tua saya masih bisa beraktivitas dengan baik dan (mudah-mudahan) bahagia. 


Mama tahu, saya senang jajan. Makanya saya 'rajin' dibawelin, hihi. Setiap kali lihat saya pulang kerja bawa makanan jajanan, siap-siap aja deh, diomelin. Tapi ya, dasar sayanya bandel, kalo memang lambung mulai terasa cuit-cuit melilit, Mama cuma bilang,"Mama bilang juga apppaaaa...."'


Makanya di awal tulisan saya tulis begini: "Usia bertambah seharusnya menjaga kesehatan. Jangan sok-sok-an mentang-mentang sehat," yang sebetulnya merupakan omelan untuk diri sendiri juga. Selama ini merasa diri sehat, baik-baik saja dan tidak ada masalah kesehatan. Namun ketika ada petugas kesehatan datang ke sekolah tempat saya mengajar untuk melakukan pemeriksaan kesehatan (deteksi dini), baru, deh...sedih...


Ketika ketahuan kalo kadar gula darah saya 130 :( 
Mudah lelah, sering flu, daya tahan tubuh menurun...


Alhasil, baru menyadari omelan-omelan Mama itu memang bukan sekadar omelan. Beliau tangguh sampai usia sekarang ini karena memang bukan orang yang sembarangan dalam hal urusan makanan. 


Makanan rebusan, daun-daun hijau, buah-bguahan, santapan sehari-hari Mama dan Papa itu mah. Sementara saya masiiiiihhh aja tergoda dengan yang serba pedas, serba bumbu atau serba goreng. Dengar suara 'tok-tok-tok' abang-abang jualan di depan jalanan rumah aja kuping ini langsung berdiri! Dasar si tukang jajan! *tunjukhidungsendiri  


Lalu, apa yang harus kulakukan, Jose Armando???


Tips Menjaga Daya Tahan Tubuh 


Tanpa perlu banyak kata, Mama langsung menceramahi dengan penuh kata sayang, plus tips penting agar menjaga daya tahan tubuh menjadi prioritas utama untuk saat ini:



1. JAGA PENCERNAAN 



My own big trouble! Haha! Jaga Pencernaan, Esmeralda! Ini dia yang jadi biangnya! Gak bisa jaga perut! Hobi jajan makanan kesukaan harus agak di-rem. Makanan sehat---benar-benar makanan sehat, sudah seharusnya jadi konsumsi utama. Kurangi gorengan (kalo bisa STOP!), tambah asupan sayur, buah, ditambah multivitamin untuk menjaga stamina adalah keharusan. Pola makan berubah drastis, NO JAJAN SEMBARANGAN dan WAJIB CUCI TANGAN SEBELUM DAN SESUDAH MAKAN.



2. JAGA KESEIMBANGAN ANTARA BERAKTIVITAS DAN ISTIRAHAT



Segala sesuatu yang serba TERLALU itu memang tidak baik. Terlalu asyik di depan laptop, terlalu sibuk bekerja, terlalu banyak olahraga, apalagi terlalu lama MAGER alias Malas Bergerak. Senin sampai Jumat diforsir bekerja, giliran libur benar-benar malas. Ya enggak begitu juga, kali! Jaga keseimbangan adalah yang paling pas. Aktivitas secukupnya, jangan sampai kecapekan. Istirahat secukupnya, jangan sampai kelamaan tidur atau santai. Olahraga secukupnya, jangan sampai terlalu lelah.

3. JAGA MINUM AIR PUTIH



Maksudnya, minum air putih jauh lebih baik dibandingkan minum air yang berwarna. Air merah, air oranye, air coklat, air hitam, mending diganti air putih selalu, deh. Saya masih sangat ingat percakapan di masa lalu saat tengah melakukan siaran kata di radio Rase bersama Dr. Samuel Oetoro. Beliau adalah ahli gizi ternama yang sempat menjadi narasumber di beberapa majalah terkenal. Dokter Samuel mengatakan dengan tegas,"kalau mau SEHAT, usahakan CUKUP MINUM AIR PUTIH." 

Dr. Samuel Oetoro mengatakan dengan tegas, "kalau mau SEHAT, usahakan CUKUP MINUM AIR PUTIH."


Oh, satu lagi yang cukup penting :

4. JAGA DIRI BAIK-BAIK AGAR TIDAK TERGODA JAJANAN


Bandung adalah kota tercinta dengan seribu satu jenis makanan menggowda iman, hihi. Tahan, tahan, tahan. Lalu berpalinglah pada buah apel, pir, pepaya, semangka, melon atau buah apapun yang segar dan sehat. Bye bye, Bakso... *sedih


Flu saya yang terakhir kira-kira  tiga bulan lalu, tanpa minum dekongestan atau apapun obat kimia. Istirahat yang cukup, tidur cukup, minum air putih sesuai kebutuhan, buah dan sayur serta protein dan karbohidrat seimbang ditambah asupan madu menjadi kendaraan menuju sehat. Pesan Mama adalah pesan semua Mama yang menyayangi anaknya. Makan bukan sekadar kenyang, tidur bukan sekadar nempelin pipi ke bantal. Makan berkualitas, istirahat berkualitas.

Siap, Ma! Esmeralda Mau sehat selalu! Demi orang-orang tersayang dan tentu saja demi kebaikan diri sendiri J








Tulisan ini dibuat dalam rangka memenuhi #TantanganBlogging dari grup #IIDN di Facebook  dengan tema: “Menjaga Daya Tahan Tubuh”. 

Klik juga website IIDN di https://ibuibudoyannulis.com/